Mengenal Anoa, Sapi Cebol dari Sulawesi
Abdul Haris Mustari
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor (haris.anoa@yahoo.com)
Beberapa nama lokal anoa
Anoa, sejenis sapi kerdil yang hidup di hutan tropis Sulawesi. Mustari (1995, 2003) menyatakan bahwa penduduk di Sulawesi menyebut anoa dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan etnis yang ada. Di Minahasa dan sekitarnya anoa disebut Buulu Tutu, Bandogo Tutu dan di Gorontalo disebut Sapi Utan, Dangko atau Langkau. Di bagian tengah Sulawesi Suku Kaili menyebutnya Nuua dan di Dampelas disebut Baulu. Etnis Kulawi di dataran tinggi Sulawesi Tengah menamainya Lupu, dan di Buol Toli-Toli anoa dinamai Bukuya. Di bagian tenggara Sulawesi, dalam bahasa daerah Tolaki, anoa dikenal dengan nama Kadue. Bahkan suku Tolaki dalam bahasa daerahnya dapat membedakan dua jenis anoa yaitu Kadue meeto (meeto artinya hitam)untuk anoa yang warnanya hitam atau anoa dataran rendah dan Kadue wosula (wosu berarti gunung) untuk anoa yang warnanya coklat kemerahan atau anoa gunung (Mustari 2003) Di daerah Malili termasuk sekitar Danau Matano penduduk menyebut anoa dengan nama Anuang. Dalam bahasa Indonesia, satwa ini dikenal dengan nama anoa, namun ada juga yang menyebutnya sapi hutan atau sapi cebol (Mustari 2003).
Berapa spesies anoa?
Meskipun disebut sapi cebol, secara sistematika, anoa dimasukkan dalam marga kerbau, Bubalus, anak marga Anoa, bukan dalam marga sapi, Bos. Bahkan ada ahli yang mengklasifikasikan anoa dalam marga tersendiri yaitu Anoa. Sistem klasifikasi yang lebih banyak dijadikan rujukan saat ini adalah yang ditulis oleh Groves (1969) dimana anoa terdiri dari dua spesies anoa yaitu anoa dataran rendah Bubalus (Anoa) depressicornis dan anoa gunung Bubalus (Anoa) quarlesi. Anoa termasuk marga kerbau Bubalus, sedangkan Anoa dianggap sebagai anak marga.
Anoa dataran rendah
Bubalus depressicornis (H. Smith 1827)
Sinonim
Antilope depressicornis, Bos bubalus anoa, Bos depressicornis fergusoni, Oreas platyceros, Probubalus celebensis
Anoa gunung
Bubalus quarlesi (Ouwens 1910)
Sinonim
Anoa quarlesi, Anoa anoa, Bubalus depressicornis quarlesi
Secara umum anoa diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Klas : Mammalia
Subklas : Theria
Infraklas : Metatheria
Ordo : Artiodactyla
Subordo : Ruminantia
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus
Subgenus : Anoa
Spesies : Bubalus depressicornis
Bubalus quarlesi
Morfologi
Terdapat lima jenis kerbau dunia yang hidup sampai saat ini. Pertama yaitu, kerbau air Bubalus arnee, merupakan nenek moyang kerbau air yang kini banyak didomestikasi, terdapat di daerah Assam, India. Kedua yaitu kerbau air atau kerbau rawa Bubalus bubalis, baik yang sudah didomestikasi maupun yang feral. Kerbau air jenis ini telah lama menjadi hewan peliharaan yang favorit karena menjadi sumber daging, penghasil susu dan sebagai hewan beban. Ketiga yaitu tamaraw Bubalus mindorensis, merupakan jenis kerbau yang daerah penyebarannya terbatas di Pulau Mindoro di Filipina Selatan. Jenis kerbau keempat dan kelima yaitu dua jenis anoa masing masing anoa dataran rendah Bubalus depressicornis dan anoa gunung Bubalus quarlesi, keduanya merupakan jenis kerbau kerdil endemik Sulawesi. Satu lagi jenis kerbau meskipun tidak masuk dalam marga Bubalus yaitu Kerbau Afrika Syncerus caffer. Kerbau Afrika ini ada dua anak jenis yaitu Syncerus caffer caffer, ukuran tubuhnya lebih besar dan hidup di daerah yang relatif terbuka dan Syncerus caffer nanus, ukuran tubuhnya lebih kecil lebih banyak dijumpai di habitat yang berhutan. Kerbau India dan kerbau Afrika memiliki bobot badan 700-1200 kg dan tamaraw beratnya mencapai 300 kg. Sedangkan berat badan anaoa hanya sekitar 100 kg untuk anoa dataran rendah dan 60 kg untuk anoa gunung. Berdasarkan bobot tubuh jenis-jenis kerbau yang ada jelas terlihat bahwa anoa adalah jenis kerbau terkecil di dunia, dari sinilah berpangkal nama kerbau kerdil atau sapi kerdil dari Sulawesi.
Anoa adalah hewan berkuku genap, bentuk kepala menyerupai kepala sapi, tanduk mengarah ke belakang. Tinggi badan berkisar 690 sampai 1060 mm. Anoa dataran rendah memiliki warna putih di bagian metacarpal, panjang ekor mencapai lutut, rambut lebih jarang pada individu dewasa, potongan melintang pangkal tanduk ‘triangular atau bersegi tiga’ dan terdapat ‘wrinkled’ atau berupa spiral pada bagian dasar sampai pertengahan panjang tanduk, panjang tanduk 271-373 mm pada anoa jantan dan 183-260 mm pada anoa betina; panjang tengkorak 298-322 mm pada jantan dan 290-300 mm pada betina.
Pada anoa gunung, warna tungkai sama dengan warna badan, ekor pendek, tidak mencapai lutut, potongan melingkar pangkal ekor bulat, tidak ada ‘wrinkled’ atau garis-garis cincin pada setengah panjang tanduk, panjang tanduk berkisar 146-199 mm, dan panjang tengkorak 244-290 mm. Anoa gunung memiliki rambut warna coklat cerah, terdapat bercak putih kecil di bagian atas kuku, rambut panjang, lembut dan menyerupai wool, ekor pendek, sekitar 18cm, jarang mencapai lebih dari setengah panjang pangkal ekor ke lutut belakang, bagian dalam telinga berwarna coklat tua. Tinggi bahu 63 cm, dan panjang tanduk 15-25 cm.
Anoa yang baru lahir warna rambutnya hitam kecoklatan; anoa muda memiliki rambut yang tebal berwarna kuning kecoklatan, dan setelah dewasa warna rambut atau bulu hitam sampai hitam kecoklatan untuk anoa dataran rendah dan coklat kemerahan untuk anoa gunung. Rambut anoa jantan lebih gelap dari yang betina. Terdapat bercak putih pada bagian rahang, dibagian tenggorokan terdapat warna putih berbentuk sabit crescent.
Anoa memiliki sejarah evolusi yang sangat panjang, satwa ini telah menghuni hutan-hutan di Sulawesi jutaan tahun lamanya, jauh sebelum manusia pertama menginjakkan kakinya di pulau ini. Anoa telah menjadi duta dan maskot Sulawesi dan pulau ini dikenal karena kekayaan hayatinya, keunikan dan satwa dan tumbuhannya. Banyak pelancong ingin melihat kekhasan alam Sulawesi termasuk keunikan satwanya dan anoa menjadi daya tarik yang sangat tinggi. Karena itulah kewajiban bagi kita untuk melindunginya dari kepunahan. Biarkan anoa hidup untuk melanjutkan proses evolusinya, melanjutkan generasinya, sebagai mahluk ciptaan Tuhan, sama halnya dengan manusia. Secara moral manusia tidak berhak mengganggu kehidupan anoa apalagi menyebabkannya sampai punah.
Anoa berperan penting dalam regenerasi hutan. Makanan anoa adalah berbagai jenis tumbuhan termasuk berbagai jenis buah yang jatuh ke lantai hutan. Buah yang dimakan, bijinya akan keluar bersama kotorannya, lalu biji ini berkecambah dan tumbuh kemudian dewasa dan pada gilirannya akan menghasilkan buah kembali. Demikian seterusnya, di sinilah siklus kehidupan terjadi dan regenerasi hutan berlangsung. Biji yang keluar bersama kotoran anoa memiliki daya kecambah viabilitas yang lebih tinggi daripada biji yang jatuh ke lantai hutan tapi tidak dimakan terlebih dahulu oleh satwa pemakan buah seperti berbagai jenis burung, kuskus, musang, monyet dan anoa. Kehadiran anoa pada suatu kawasan hutan menjadi indikator sehat tidaknya hutan itu, karena satwa ini hanya menghuni hutan-hutan primer yaitu hutan yang belum terjamah manusia. Manfaat yang tidak kalah pentingnya yaitu anoa sebagai kerabat dekat kerbau dan sapi berpotensi sebagai ‘gene pool’ satwa ternak.
Selected References
Groves CP. 1969. Systematics of the anoa (Mammalia, Bovidae). Beaufortia 17:1-12.
Mohr E. 1921. Die Geographische Verbeitung der Anoa-Arten auf Celebes. Arch Naturgeschichte 87(6):208-214.
Mustari AH. 1995. Population and behaviour of lowland anoa (Bubalus depressicornis Smith) in Tanjung Amolengu Wildlife Reserve, Southeast Sulawesi, Indonesia [MSc. Thesis]. University of George-August, Germany.
Mustari AH, 2003. Ecology and conservation of lowland anoa (Bubalus depressicornis) in Southeast Sulawesi, Indonesia [PhD Thesis], University of New England, Australia.
Ouwens PA. 1910. Contribution a’ la connaissance des mammiferes de Celebes. Bull Dept Agr Ind Nederland 38 (Zool.,6): 1-7.
Smith CH. 1827. The animal kingdom, arranged in conformity with its organization by the Baron Cuvier, with additional description by Edward Griffith and others, Vol 4:293-294.
Comments
Post a Comment